"Kenapa bertopeng jika tak punya muka?!"

Kamis, 17 November 2011

Lomografi, Don't Think Just Shoot !!

Beberapa hari ini pikiran saya tersita dengan sebuah Novel yang saya dapat dari sebuah acara obral buku gramedia dengan harga "hanya" Rp 5.000 ...
Ya, novel ini memang tidak terlalu laris sehingga stocknya masih ada dan dijual di cuci gudang gramedia beberapa waktu lalu.

Saya iseng2 mengambilnya saat itu , maklum lah ekonomi anak kosan yg pas pasan melihat sebuah novel harga Rp 5.000 langsung aja gatel ni tangan. :D

Tapi jangan lihat dari harga dan cover yg sederhana, sungguh saya dibuat masuk ke dalam dunia sang penulis saat menikmati novel ini. Dunia yg sebenarnya penuh dengan sindiran-sindiran pedas kehidupan manusia urban di kota metropolitan, penuh dengan cacian dan rasa depresi yang kelam. Tapi disisipi dengan segelumit warna kreativitas dan "sense of art" yang idealis dari Sang Penulis.


Memang biasanya Novel Idealis kaya' gini jarang banget laku di pasaran kalau nama penulisnya belum beken di khalayak umum. Tapi untung saja ini bukan Novel pasaran yang gampang laku, kalau udah habis terjual pasti saya ga bakal bisa dapet  nih Novel dengan harga 1 piring Nasi + Sayur + Telor ini ... :D

Judul novel itu adalah BIDIK. Karya Nugroho Nurarifin.
ini snapshot dari HP bapuk saya :
Sampul Depan
Sampul Belakang

Ada satu hal menarik yang saya sorot dari Novel itu. Yaitu kegemaran sang tokoh utama dalam novel itu terhadap Lomografi.

Tiba-tiba kata Lomografi itu sendiri menjadi sebuah kata yang menarik diri saya utk mencoba mengenal lebih dekat "dirinya".

Coba saja sobat cari di mbah google, sudah banyak referensi tentang Lomografi itu sendiri yang bisa sobat baca. Jadi, saya tak perlu Copy Paste lagi infonya, terlalu menghabiskan halaman untuk artikel saya ini (bilang aja emg males nulis)  :p

Saya petik sebuah "peraturan absurd" dari Lomografi itu sendiri.

10 Golden Rule of Lomografi :
1. Take your LOMO everywhere you go.
Bawalah kamera Lomo anda kemanapun anda pergi, karena dimana pun anda dapat menemukan obyek foto yang tak terduga.
2. Use it anytime - day or night.
Pakailah kamera Lomo anda tanpa batas. Pakai kamera Lomo anda baik siang maupun malam, kapan saja di berbagai situasi dan kondisi.
3. Lomography is not an interference in your life, but a part of it.
Jadikanlah Lomografi sebagai bagian dari diri anda dan nikmatilah waktu anda memotret suatu obyek dengan kamera Lomo.
4. Shoot from the hip.
5. Approach the objects of your lomographic desire as close as possible.
Dekati obyek foto anda sedekat mungkin selain karena kamera Lomo umumnya tidak ada zoom, harus ada feel tersendiri antara anda dengan obyek foto.
6. Don't think. (William Firebrace)
Jangan berpikir, gunakan hati dan penglihatan anda.
7. Be fast.
Cepat dalam memotret suatu obyek foto, anda tidak perlu banyak berpikir/berteknik.
8. You don't have to know beforehand what you've captured on film.
Anda tidak perlu terlalu memikirkan gambar seperti apa yang akan anda ambil.
9. You don't have to know afterwards, either.
Anda juga tidak perlu memikirkan bagaimana hasil dari gambar yang telah anda ambil.
10. Don't worry about the rules.
Jangan khawatir tentang aturan-aturan fotografi dan jangan terlalu memikirkannya saat anda menggunakan kamera Lomo.


10 Golden Rule di atas telah membuka mata saya terhadap sebuah paradigma "Sedikit Bicara, Banyak Kerja !"
Sebuah quote yang udah umum, tapi dalem banget menyindir para manusia2 yang kerjanya hanya duduk-duduk Rapat sambil menahan kantuk, lalu menulis aturan2 panjang lebar dan berbagai konsep yang berisi kalimat2 membingungkan yang di kemudian hari disebut Undang-undang.
Tapi hasil implementasinya NIHIL !!!

Nah, udah cukup untuk cacian terhadap para petinggi-petinggi , hehe ... Maaf ya Bapak Bapak Ibu Ibu petinggi, saya hanya berceloteh, tolong jangan hukum saya dengan Pasal Nol Ayat Dua Botol Kitab Undang-Undang Hukum Orang Tolol ya .... Ampuunnn ... 
Kembali lagi kita ke Lomografi !!


Hasil jepretan para lomografer adalah sebuah foto yang pure tanpa pengeditan dan tanpa mengikuti kaidah serta asas2 dalam fotografi resmi. Mereka hanya menjepret dan apapun hasilnya, itulah foto dari kamera lomo mereka. Terkadang dua atau lebih gambar yang bertumpuk karena perputaran role film yang tidak rata, warna yang buram dan kebocoran cahaya akut yang menyebabkan foto terlihat tidak "indah" dan amburadul. Tapi, justru dengan segala hal abstrak dari foto hasil cetakan kamera lomo mereka itulah foto itu memiliki aura tersendiri. Unique, Absurd, Different, Ridiculous, Crazy, Amazing !! 


Aliran Fotografi tanpa konsep yang ribet, hanya dengan kamera Lomo, maka Anda sudah dapat menjadi seorang Lomografer, mudah bukan ??!!
Tanpa birokrasi yang berbelit belit, Anda sudah bisa menjadi seorang seniman dengan foto-foto "seenak udel" Anda !! 
("se'enak udel" ; ungkapan Bahasa Jawa, arti harfiahnya : "Se'enak Pusar" , arti ungkapannya : "Terserah !!" , "Suka-suka kita !!")
Biarkan inspirasi dan idemu meluncur sendiri tanpa terkekang dengan berbagai tetek bengek peraturan, itulah SENI.
Lampiaskan hasrat kreativitas yang terpendam dalam jiwa kalian tanpa perduli dengan berbagai tembok-tembok tutorial, petunjuk dan apapun itu yang membuat segala sesuatu menjadi prosedural. Itulah pesan dari Lomografi untuk kita.
Lomografi tidak butuh sesuatu yang prosedural dan struktural !!
Lomografi adalah Lomografi !! Berdiri sendiri, bebas, tak terikat apapun. 


Berikut ini saya ambil beberapa sample foto hasil jepretan para Lomografer dengan kamera lomonya :
sumber : http://www.lomography.com














Dan ada sebuah qoute dari Sang Penulis yang menjelaskan tentang Lomografi ini,
"Seperti musik The Strokes... Kasar, tidak diolah seperti seharusnya, tapi justru itulah yang menjadi kekuatan"


(NB : The Strokes adalah sebuah Band Indie yang memiliki aliran "aneh" dan "idealis", cari saja di Mbah Google)

Sobat, lihatlah lebih dekat dengan kacamatamu, keabstrakan yang ada pada Lomografi.

8 komentar:

Ca Ya mengatakan...

itu potonya tanpa diedit??
bneran??
wih!!!

abstrakan mana lomografi dan anda :D

YuZ mengatakan...

beneran, itu tanpa editan sama sekali ...
efek2 yang muncul itu dikarenakan beberapa kebocoran cahaya dan gambar2 yang bertumpuk tak beraturan ...
efek2 itu bisa muncul karena settingan kamera lomonya ...
ada berbagai macam kamera lomo yang bisa menghasilkan efek yang berbeda-beda di hasil fotonya ...
coba saja search di Mbah Google macam2 kamera lomo dan efek hasilnya ... :)

Irra W Hasibuan mengatakan...

oh, jadi itu yang namanya lomografi, baru tau ... :)

YuZ mengatakan...

Lomografi punya daya tertarik tersendiri Ira .. :)
coba saja beli kamera lomo,
atau pake kamera biasa, dan jepret-jepretlah sesuka hatimu ...
Don't think just shoot !

Unknown mengatakan...

Kata2 lo asik yus..
reyah banget ni tulisan gw baca.. :)

Keep Share

Yusrizal Ihya mengatakan...

Tengkyu jar :)
semoga saja kerenyahan tulisan gw tidak akan pernah garing termakan zaman seperti kerupuk ...haha

@albooot mengatakan...

baru mampir dan langsung kaget liat postingan ini
KEREEEEEEEEEEEEEENNN
*kumpulin duit* *beli kamera*

YuZ mengatakan...

hahaha, kaget kenapa emg al ??
ga harus pake kamera lomo kita jg bisa ber-lomografi koq,
yg penting ikuti aja "Golden Rule"nya ...
Rule yg sebenarnya tanpa Rule apapun, haha

Posting Komentar

Silakan ngoceh disini...