"Kenapa bertopeng jika tak punya muka?!"

Minggu, 15 April 2012

Kisah tentang anak muda dan budaya negeri ini


Suatu malam saya menonton OVJ di TV kosan. Acara slapstick comedy yang berbalut tema opera sabun berbumbu suasana tradisional dengan gamelan sebagai pengiring musiknya. Saya teringat akan satu kisah saat SMA dulu. Bukan acara banyolannya yang jadi momen pengingat kenangan itu, tapi momen saat para pemain gamelan yang jadi pengiring musik OVJ memainkan instrumentnya.
Saya teringat saat kelas 1 SMA, menjadi salah satu dari para siswa pioneer yang mengikuti sebuah ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler yang saat itu dipandang sebelah mata oleh banyak siswa lainnya. Yaitu : Karawitan.

Berawal dari padatnya jadwal les mata pelajaran saya ikuti saat kelas 1 SMA, saya pun mencari ekskul yang waktunya cocok dengan jadwal selama 1 minggu saya. Akhirnya pilihan jatuh pada Karawitan yang saat itu diadakan tiap hari Kamis sore. Satu-satunya hari kosong di dalam 1 minggu yang bisa saya gunakan untuk mengikuti ekskul. Masa itu ekskul memang diwajibkan saat kelas 1 SMA, 1 ekskul wajib PBB (Peraturan Baris-berbaris), 1 lagi ekskul pilihan. Dan pilihan saya jatuh kepada karawitan.

Jadi motif awal saya adalah "Yang penting bisa ikut ekskul, perduli amat itu ekskul apaan."
Lalu karena peminat ekskul itu rupanya sangat sedikit, saya pun mulai memakai taktik menyebarkan sugesti dan mempengaruhi beberapa teman saya untuk menjadi pengikut saya memilih karawitan sebagai ekskul pilihan, haha, licik juga ya.


Dan saat hari kamis tiba, ada 9 orang yang mengikuti ekskul tersebut. 6 orang diantaranya adalah teman satu kelas saya. Itu artinya sejak awal remaja saya memang sudah punya kemampuan menghipnotis orang lain. Haha


Dan disitulah awal mula pertemuan saya dengan alat musik gamelan dan beberapa tembang Jawa yang biasa kami iringi dengan alunan gamelan. Walaupun anggota hanya sedikit, tapi Pak Guru Kesenian yang merupakan penanggung jawab dan pembimbing ekskul karawitan tetap tidak surut semangatnya dalam mengajar kami. Beliau adalah salah satu Guru Favorit saya di SMA yaitu Pak Sutarto, kami biasa memanggil beliau Pak Tarto.

Orangnya gemuk, selalu semangat, kocak dan suka bercanda. Untunglah beliau yang menjadi pembimbing ekskul ini, bila tidak saya tak yakin bahwa ekskul ini akan tetap bertahan sampai bertahun-tahun. Karena rupanya ekskul karawitan di Kota Kudus (kota kelahiran saya), yang masih tersisa hanyalah di SMA saya ini. Di SMA lain sudah lama ditutup karena jarangnya siswa yang berminat. Sungguh ironis generasi muda bangsa ini. Begitulah cerita yang dituturkan Pak Tarto saat pertemuan pertama ekskul ini.

Satu momen yang berkesan tentang Pak Tarto adalah saat suatu hari kami tidak ada yang datang ke tempat latihan karawitan dikarenakan sore itu hujan.
Dan tahukah kawan? Pak Tarto tetap datang ke tempat latihan sore itu. Beliau kira kami tetap berangkat menembus hujan untuk latihan sore itu. Padahal saya tahu rumah Pak Tarto jaraknya lebih jauh dari jarak rumah saya ke sekolah.

Minggu berikutnya Pak Tarto pun bertanya pada kami.
"Apakah niat kalian tulus mengikuti karawitan ini? Kalau kalian tidak tulus, kalian ga usah ikut ekskul ini tidak apa-apa, kalau memang tidak ada siswa yang menyukai karawitan, mungkin saya harus ikhlas jika memang ekskul ini ditutup."

Pak Tarto berbicara datar dan halus tanpa nada amarah sedikitpun. Tapi justru itulah yang membuat kami sadar.
Kami hanya terdiam dan tertunduk malu, malu pada kesombongan kami. Keangkuhan kami yang menyepelekan sebuah kepercayaan dan sebuah ekskul PENTING.

Yapp!! Saya bilang PENTING karena ini adalah ekskul kebudayaan satu-satunya yang masih tersisa di kota saya. Karawitan adalah identitas provinsi Jawa Tengah, identitas kota kami, identitas Bangsa ini!! Siapa lagi yang akan melestarikan budaya ini jika bukan kita sendiri?!!!
Saya merasa ditelanjangi habis-habisan dengan kalimat Pak Tarto tersebut.

Sejak itulah kami mulai mengerti makna sesungguhnya dari gamelan dan karawitan itu. Sejak itulah jiwa kami mulai terpupuk dengan rasa cinta terhadap karawitan.
Pak Tarto pun tidak mempermasalahkan masalah tersebut lebih jauh, dan malah kembali membuat lelucon seperti biasa. Kami pun melanjutkan latihan kami kembali seperti biasa, tapi dengan perasaan yang bukan "biasa" lagi. Perasaaan "baru" yang membuat kami selalu rajin mengikuti latihannya kembali tiap minggu. Perasaan cinta, itulah namanya. Hanya ini adalah cinta terhadap budaya, bukan cinta antara lawan jenis.

Saya pun teringat dan sadar akan kalimat yang selalu dikatakan Pak Tarto setiap hari di awal-awal kami latihan karawitan. Saat kami kewalahan oleh struktur lagu, nada dan tempo permainan gamelan. Saat kami menggaruk-garuk kepala kami tanda kurang mengerti.
Pak Tarto selalu bilang :
"Alon-alon Asal Kelakon"
dan
"Witing Trisno Jalaran Saka Kulino"

Alon-alon Asal Kelakon : Pelan-pelan yang penting terjalani. Maksudnya adalah walaupun kami mengalami kesulitan dalam mempelajari cara bermain gamelan. Yang penting tetap usaha terus walaupun pelan-pelan, suatu saat nantinya kita pasti bisa.

Witing Trisno Jalaran Saka Kulino : Cinta berawal dari kebiasaan. Awalnya mungkin kita tidak "mencintai" karawitan ini, dan hanya menjadikan sebagai ekskul pelarian. Tapi jika kita sudah terbiasa dengan karawitan, setiap saat bertemu dengan karawitan, pada akhirnya rasa "cinta" itu pun akan tumbuh dari seringnya frekuensi pertemuan kita dengan karawitan.

Dan rasa cinta itu akhirnya kami buktikan dengan penampilan gemilang kami saat mengisi acara pentas perpisahan untuk kakak kelas di tahun pertama kami menjadi menjadi siswa kelas 1 SMA.
Bekerja sama dengan ekskul tari, kami berhasil menampilkan performa terbaik kami.
Saat itu hati saya ingin berkata "Pak Tarto lihatlah!! Inilah bukti cinta kami terhadap karawitan. Inilah cinta yang berhasil Anda pupuk dan tumbuhkan di dalam hati kami. Terima Kasih Pak Tarto."

Oh ya, posisi saya dalam tim kami saat itu adalah sebagai penabuh kendang. Saya sebenarnya juga pernah mencoba berbagai posisi, sebagai penabuh gong, penabuh bonang dan penabuh saron.
Dan dalam pergantian berbagai posisi itulah saya tahu bahwa betapa kompleks dan sempurnanya musik Jawa ini sebenarnya. Saya jadi kangen kendang yang biasa saya tabuh. Hai kendang, How Are You Know? Hehe

Setelah performa kami di pentas perdana kami tersebut, entah kenapa tiba-tiba animo siswa terhadap ekskul karawitan di tahun ajaran berikutnya meningkat drastis. Hingga akhirnya kami terpaksa membuat jadwal latihan menjadi 2 kelompok dikarenakan jumlah anggota lebih banyak daripada jumlah instrument gamelan, kelompok satu latihan di minggu pertama, kelompok dua latihan di minggu kedua.

Selain itu kami juga sempat kedatangan beberapa mahasiswa luar negeri yang melakukan studi banding ke Indonesia. Mahasiswa-mahasiswa bule itu memiliki kenalan alumni SMA kami, dan alumni kami tersebut mempromosikan ekskul karawitan kami.
Alhasil kami pun sempat bertemu para bule ini dan mengajari mereka cara bermain karawitan. Sesuatu yang membanggakan kami sebagai anak muda generasi penerus bangsa saat itu.

Dengan hal-hal yang terjadi setelah kami pentas itulah kami memperoleh sebuah perasaan luar biasa. Perasaan aneh yang tidak bisa hanya dijelaskan melalui kata-kata dan tulisan.
Perasaan puas, bangga dan bahagia yang membaur menjadi satu.

Akhirnya kami pun tahu apa maksud dari segala penjelasan dan semangat Pak Tarto selama mengajar kami latihan karawitan. Perasaan seperti inilah yang ingin ditunjukkan beliau pada kami.
Perasaan seorang warga negara yang mencintai budaya asli negaranya.

Pak Tarto, saya persembahkan tulisan kali ini untuk Anda Pak.
Semoga Anda tetap memiliki para anak muda yang setia berdiri di sampingmu dan menyertaimu melangkah maju membawa panji-panji kebudayaan negeri kita ini.
Terima Kasih Pak Sutarto.
Thank's juga untuk Fanzen, Ucup, Harisa, Epie, Nafi' dan Nina dari kelas X-2 yang bersedia menerima hasutan dan sugesti saya mengikuti karawitan. You're The Best! My Friends!!

2 komentar:

Ca Ya mengatakan...

brati skrg makin rame dun ekskulnya :D
ak jd pgn nyoba mukul2 gendang :D

YuZ mengatakan...

@CaYa : pasti kendangnya langsung bolong klo kamu yg mukul :p

Posting Komentar

Silakan ngoceh disini...