"Kenapa bertopeng jika tak punya muka?!"

Jumat, 01 Juni 2012

Syuhada' di Sekitar Kita


Tepat satu minggu telah berlalu sejak terjadinya sebuah tragedi di tempat saya bekerja sekaligus menuntut ilmu. Tanggal 25 Mei 2012, tidak seperti di hari-hari biasanya di Kota Hujan, saat itu matahari bersinar cerah dan tak ada tanda-tanda akan hujan di sore hari. Memang, hujan di sore hari sering sekali menjadi pemandangan akrab yang menyapa saya saat penghujung senja selama tinggal di Bogor. 
Menjelang sholat Jum'at. Tepatnya 5 menit sebelum adzan berkumandang. Sekitar pukul 11.45. Terjadi sebuah usaha curanmor berdarah di tempat parkir Masjid Al Hurriyyah Institut Pertanian Bogor. Sang penjahat rupanya membawa pistol. Dan dua satpam yang saat itu berusaha menggagalkan usaha curanmor tersebut menjadi korban kebengisan penjahat itu. Dua satpam tersebut tertembak di bagian vital sekitar daerah dada masing-masing. Pelakunya dua orang, masing-masing membawa pistol. Dan mereka menembak tanpa ampun ke arah kedua satpam pemberani tersebut.

Saat itu saya masih sedang dalam perjalanan dari kantor saya-di salah satu Fakultas-menuju ke Masjid Al Hurriyyah untuk menjalankan sholat Jum'at seperti hari Jum'at yang biasanya. Saat saya sampai di parkiran Masjid, di jalanan kecil dekat parkiran yang biasanya saya lalui, banyak orang berkerumun. Sempat saya lihat juga seseorang membawa Kamera yang biasa digunakan para reporter di TV, tapi saya menduga itu bukan wartawan, mereka mungkin salah satu mahasiswa anggota organisasi jurnalistik. Ada beberapa orang yang terlihat berbicara serius. Saat itu Polisi sepertinya belum datang. Saya awalnya kurang tertarik dengan keramaian itu, maklum saya termasuk orang yang lebih suka menghindari keramaian. Saya terus saja melangkah menuju tempat rak sepatu masjid untuk melepas sepatu saya.

Tapi saya merasa keramaian ini tidak normal, saya pun bertanya kepada salah satu mahasiswa di dekat rak sepatu, dengan kalimat penjelasan singkat dia menjelaskan bahwa telah terjadi usaha curanmor dan menimbulkan korban seorang satpam dan seorang pemilik motor yang ditembak oleh si penjahat. Ini informasi awal yang saya terima, karena pada informasi terakhir yang saya terima setelah selesai menunaikan sholat Jum'at, sebenarnya kedua korban adalah satpam, sedangkan sang pemilik motor selamat.

Frekuensi degupan jantung saya sempat naik sesaat ketika pertama kali mendengar penjelasan mahasiswa tersebut. Saya sungguh tak menduga bahwa sebuah tindak kriminalitas se-ekstrim ini bisa terjadi di kampus saya, sekaligus kantor saya. Kenapa saya bilang ekstrim?
Melihat lokasi kejadian yang bisa dikatakan "tidak sepi", banyak pedagang jajanan dan orang-orang berlalu lalang, di tempat parkir yang terbuka, saat diadakan Sholat Jum'at, di area Masjid sebuah Institusi Pendidikan. Siapa yang bisa bilang bahwa ini adalah tindak kriminalitas normal?!
Penjahat itu benar-benar nekat dan abnormal. Mungkin dia terinspirasi setelah melihat aksi mafia-mafia berdarah dingin di film China dan Yakuza Jepang sinting yang tidak segan-segan melakukan kejahatan dan membunuh siapapun di tempat umum dan terbuka.

Di sudut hati terdalam, saya sungguh mengutuk sang pembunuh tersebut, begitu mudahnya dia melenyapkan nyawa seseorang yang tidak bersalah. Begitu gilanya dia melakukan tindak kejahatan di area rumah ibadah umat Islam. Sungguh terkutuk!! Biadab!! 

Saya hanya sempat melihat bekas darah di TKP, karena kedua korban saat itu sudah dibawa dengan ambulance ke rumah sakit terdekat. Pak Supriatna atau yang biasa dipanggil Pak Bonar adalah nama salah satu korban yang meninggal di tempat kejadian, Pak Suhardi adalah nama korban yang meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. 

Innalillahi wainnailaihi roojiun. Mari kita sempatkan waktu sesaat untuk mendoakan kedua almarhum, semoga amal ibadah mereka diterima Allah SWT dan diampuni dosa-dosanya.
Insya'Allah mereka adalah para syuhada' yang meninggal syahid di jalan Allah SWT, membela kebenaran disaat umat muslim akan menjalankan ibadah Sholat Jum'at di Masjid. Sungguh mulia keberanian dan pengorbanan kedua almarhum. 

Melihat tragedi itu saya akhirnya percaya bahwa sebenarnya masih ada pahlawan-pahlawan tak terkenal di sekitar kita, yang menjalankan amanah dan tugasnya dengan loyalitas tinggi serta rela berkorban raga dan batin untuk menegakkan keadilan. Pak Supriatna dan Pak Suhardi adalah potret nyata seorang pahlawan di Indonesia masa kini. Malulah kalian yang menyandang jabatan tinggi dan memegang amanah seluruh rakyat Indonesia tapi memiliki mental yang tidak lebih tinggi daripada tikus pengerat!!

4 komentar:

Ca Ya mengatakan...

jd sedih lg T.T
tp katanya dua penjahatnya udh ketangkep dan katanya sebenarnya 3 org,,,bner gak ya..

hukum mati mustinya!!

YuZ mengatakan...

sementara ini ada 3 orang yg tertangkap, dan rupanya mereka berbentuk sindikat curanmor.
dan 2 dari sindikat curanmor itu adalah pelaku penembakan di Masjid Al Hurriyyah IPB.
Semoga peredaran senjata ilegal di negeri ini bisa diberantas.

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

yang menembak itu sebaiknya jangan di tahan...
digebukin rame2 hingga tewas!

Yusrizal Ihya mengatakan...

@Secangkir teh : Tapi kalau "cuma" hukuman mati, saya rasa itu malah meringankan dia. Mungkin lebih menyakitkan kalau dihukum penjara seumur hidup.

Posting Komentar

Silakan ngoceh disini...