Beberapa waktu lalu, saya teringat dengan sebuah kalimat dari salah satu dosen favorit saya. Kurang lebih beginilah kalimatnya,
"Terkadang cobalah untuk berdiri di atas sepatu mereka."
Kalimat tersebut saat itu meluncur dari mulut beliau dikarenakan saat pertemuan kuliah hari itu, kami (baca:mahasiswa) sempat membuat kesal Bu Dosen. Tentu saja, karena dari 100% mahasiswa, tidak sampai 10% yang mengerjakan tugas yang diberikan beliau sekitar 3 hari yang lalu. Bu Dosen sempat kelihatan "mengambek" sebentar. Tapi beberapa menit kemudian, dengan bijaknya dia kembali tersenyum pada kami dan mencoba memahami kondisi kami.
Hmm, sungguh bijak dosen kita ini. Saya malah malu di depan beliau, karena saya termasuk salah satu golongan "pemalas" yang tidak mengerjakan tugas itu. Saya malu bukan hanya karena saya tidak mengerjakan tugas itu.
Tapi karena beberapa hari sebelumnya saya dan beberapa kawan sempat mengeluh dengan "kinerja" salah satu dosen lain yang jarang masuk dan hanya memberikan tugas-tugas saat dia berhalangan hadir atau membuat kuliah pengganti yang menumpuk di saat minggu tenang sebelum ujian.
Tentu saja kami merasa dirugikan dan keluarlah kalimat dari mulut kami, "Udah bayar mahal-mahal tapi koq jarang diajar kaya' gini. Rugi lah kita!!"
Saat itu kami tidak pernah sekalipun mencoba berdiri di atas sepatu dosen tersebut. Kami tidak mencoba melihat kesibukan dan kegiatan dosen tersebut yang menyebabkan kadang dia terpaksa tidak masuk, terkadang hanya memberi tugas, tapi terkadang juga membuat kuliah pengganti yang menumpuk di minggu tenang, membuat kami tidak bisa menikmati minggu tenang menjelang ujian.
Bukan hanya di ruang lingkup antara dosen dan mahasiswa, saya rasa kalimat "berdiri di sepatu mereka" akan sangat berlaku di ruang lingkup mana saja. Antara bos dengan karyawannya, antara orang tua dengan anaknya, antara rekan kerja dalam sebuah tim kerja, antara penulis deadline dengan penerbitnya, antara jurnalis berita dengan bosnya, antara programmer dengan client kerjanya, antara teknisi jaringan komputer dengan para staf yang mengeluh kinerja jaringan lemot, antara video editor sebuah acara televisi dengan penonton dan masih banyak lagi lainnya.
Ruang lingkup dan sudut pandang di atas hanyalah yang terlihat dan nyata di sekitar saya saja, tentu saja masih banyak sudut pandang lainnya.
So, sebelum menghakimi kesalahan dan kekurangan seseorang, cobalah berdiri di sepatu mereka terlebih dahulu. Apakah benar kesalahan tersebut patut ditimpakan pada mereka?
Jika memang mereka patut ditimpakan kesalahan, tentu saja memang harus "dihukum" dan diberikan "pelajaran".
Tentu saja sebuah pelajaran yang diberikan dengan bijak yang membuat mereka mengerti kesalahan mereka dan berusaha untuk tidak mengulanginya. Yah, salah satunya pelajaran yang diberikan dari Bu Dosen kepada kami, hehe.
Loh, jadi yang salah adalah kami? mahasiswa yang sibuk sehingga tidak mengerjakan tugas?
Saya akui memang salah, karena dengan menjadi mahasiswa seharusnya sudah siap dengan segala resiko untuk menjalankan kewajibannya sebagai mahasiswa, ya salah satunya dengan rajin mengerjakan tugas dari Dosen :-)
Tentu saja kewajiban kita harus bisa didahulukan di atas hal-hal lainnya, karena kita telah membuat komitmen untuk itu. :-)
Selamat menikmati hari dengan sepatumu!!
2 komentar:
wah,,perumpamaan yg bagus...ak jg sering gtu c :((
musti saling pengertianlah ya antara mhs ama dosen hehehhe
suka duka jadi warga kampus. ulasanya bagus
Posting Komentar
Silakan ngoceh disini...